BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan laporan ini
merupakan hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan didalam
laboratorium yang disusun secara lengkap
agar kita sebagai mahasiswa mengetahui dan memahami serta lebih mengerti ilmu
yang telah kita pelajari dalam kegiatan praktikum didalam laboratorium.
Praktikum morfologi tumbuhan untuk materi daun
majemuk dan daun tunggal dilaksanakan dengan tujuan yaitu untuk melengkapi dan
mengaplikasikan mata kuliah yang telah diterima dalam kegiatan perkuliahan
sehingga kita dapat lebih memahami morfologi tumbuhan secara langsung melalui
kegiatan praktikum. Selain itu, melalui kegiatan praktikum kita dapat melihat
secara langsung dan nyata bagian-bagian dari morfologi tumbuhan itu sendiri
sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana pemahaman kita tentang morfologi
tumbuhan dan kita dapat menanyakan hal-hal apa saja yang belum kita pahami
tentang morfologi tumbuhan. Melalui kegitan praktikum ini pula kita dapat
mengetahui dan lebih memahami daun
majemuk dan daun tunggal.
B. TUJUAN
Adapun tujuan
dari praktikum morfologi
tumbuhan yaitu mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan
antara daun majemuk dengan daun tunggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mawar (Rosa
sinensis)
A. Morfologi
Rosa
sinensis (bunga mawar)
merupakan daun majemuk (folium compositum) menyirip gasal sempurna yakni satu anak
daun yang menutup ujung ibu tangkai daunnya. Pada anak daunnya berpasangan
sedangkan pada ujung ibu tangkai daun terdapat anak yang tersendiri.
Circumscriptio (bangun daunnya) yaitu bulat telur
(ovatus) karena memiliki perbandingan 1 : 1, interveniumnya (daging daun)
papyraceus (seperti kertas), nervatio (tulang daunnya) menyirip (penninervis)
karena pada helaian daun terdapat ibu tulang daun dan pada tulang daun tersebut
keluar cabang-cabang lagi. Pada margo folii (tepi daunnya) adalah serratus
(bergerigi), basis folii (pangkal daun) acutus (runcing), sedangkan apex folii (ujung daunnya) adalah acutus
(runcing). Pada permukaan daun adalah berkerut (rugosus), sedangkan tata latak atau duduk daunnya adalah
menyebar (folio sparsa) yang letakanya tidak beraturan. (Gombang, 1985).
B. Klasifikasi
Rosa sinensis memiliki
tingkatan atau klasifikasi sebagai berikut :
Ø
Kingdom : Plantae
Ø
Devisio : Spermatophyta
Ø
Kelas :
Monocotyledoneae
Ø
Ordo :
Rosales
Ø
Family :
Rosaceae
Ø
Genus :
Rosa
Ø
Spesies
: Rosa sinensis
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Rosa
sinensis merupakan
tanaman yang dapat hidup pada daerah tropis dan subtropis serta banyak tersebar
di wilayah Alaska, India, dan Indonesia. Tanaman ini sangat menyukai daerah
yang beriklim tropis yang memiliki curah
hujan antara 500 – 3000 mm3 /tahun dengan adaptasi yang sangat luas.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kelembapan + 70% –
80% dengan suhu berkisar 25oC
- 35oC. Pada tanah yang berpasir dan gembur tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik dan dapat pula tumbuh pada tanah dengan pH berkisar 5 – 7,0
serta pada ketinggian tanah sekitar 500 – 8000 m diatas permukaan laut. (Anonim, 2011).
D. Nilai medis
Rosa sinensis mempunyai manfaat dibidang kesehatan karena akarnya
banyak mengandung zat kimia yang dapat dijadikan suatu ramuan obat – obatan
tradisional. Akar mawar mengandung beberapa zat kimia diantaranya flavonoida,
saponin, polifenol dan timin, yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit
bisul, berek, membantu pada persalinan dan menghilangkan rasa nyeri pada
lambung.
(Anonim,
2011).
E.
Nilai komersial
Rosa
sinensis memiliki nilai
komersial yang cukup tinggi karena bunganya banyak digemari
oleh masyarakat dan digunakan sebagai tanaman hias dengan harga jual yang
tinggi yakni berkisar Rp 25.000 – Rp 65.000 tergatung dari kualitas dan jenis
bungannya. Selain itu bunga mawar digunakan pula sebagai wangi-wangian atau
parfum yang harga jualnya sekitar Rp 4.500 – Rp 12.000.
(Anonim 2011).
2. Mangga (Mangifera
indica)
A.
Morfologi
Mangga (Mangifera indica) merupakan tumbuhan yang memiliki daun tunggal karena
pada satu daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja (folium simplex). Selain itu daun mangga memiliki bentuk
pertulangan daun (nervatio) yaitu menyirip (penninervis), memiliki bentuk daun
(circumscriptio) memanjang (oblongus), karena perbandingan panjang dan lebar
daunnya adalah 2 1/2
- 3 : 1, bentuk ujung daunnya (apex folii)
acutus (runcing), pangkal daunnya (basis folii) pada tumbuhan ini yaitu acutus
(runcing), memiliki permukaan daun yang kasap (scaber), bentuk tepi daunnya (margo folii) tidak bertoreh atau rata (integer),
memiliki daging daun (intervenium) seperti
perkamen (perkamenteus) karena daunnya tipis tetapi cukup kaku, serta memiliki
duduk daun tersebar karena pada tiap-tiap buku daunnya terdapat satu daun. (Gombang, 1985).
B. Klasifikasi
Mangga (Mangifera indica) memiliki tingkatan
atau klasifikasi sebagai berikut:
Ø
Kindom :
Plantae
Ø
Devisio : Spermatophyta
Ø
Kelas :
Dicotyledoneae
Ø
Ordo :
Sapindales
Ø
Famili :
Anacardiaceae
Ø
Genus :
Mangifera
Ø
Spesies :
Mangifera indica
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Mangga
merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari India. Tanaman ini kemudian menyebar Malaysia dan Indonesia.
Mangga dapat tumbuh pada daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000 – 2000
mm3/ tahun dengan ketinggian sekitar 1.200 m diatas permukaan laut.
Tumbuhan ini memiliki batang sedang dan tingginya mencapai 25 m. Suhu udara
yang cocok untuk tanaman ini yaitu 22 0C
– 26 0C
dan kelembapan udara sekitar 45% serta angin yang tidak teralu kencang sangat
baik untuk penyerbukan bagi tanaman ini. Mangga dapat tumbuh dengan baik pada beragam jenis
tanah, tetapi dalam kondisi tanah yang gembur dan berdraminasi baik dengan pH
5-8.
(Anonim, 2011).
D. Nilai medis
Buah
mangga mengandung gula dan sedikit asam. Mangga mengandung sejumlah asam galat
yang baik bagi isi saluran pencernaan. Sangat baik untuk disinfektan oleh tubuh
sehingga melindungi tubuh dari serangan infeksi. Mengurangi kelebihan panas dan
mampu membersihkan aliran darah. Kandungan kimia yang terkandung dalam mangga
yaitu vitamin C, karoten, dan favonoid yang tinggi yang berfungsi sebagai
antioksidan, dan salah satunya adalah untuk mencegah kanker. (Anonim, 2011).
E. Nilai komersial
Selain dimanfaatkan dalam bidang
kesehatan, mangga juga dimanfaatkan sebagai makanan penutup. Selain itu buah mangga banyak
dimanfaatkan sebagai buah meja atau campuran es dalam bentuk irisan atau
blender. Buah yang mudah kerap kali dijadikan sebagai rujak atau dijajahkan ditepi-tepi
jalan, dibelah dan dilengkapi dengan bumbu garam dan cabai atau biasa kita
kenal dengan manisan mangga dengan harga berkisar Rp 500 – Rp 1.500 perbiji.
Selain itu biji mangga dapat dijadikan pekan ternak atau unggas dan kayunya dapat
dijadikan arang dan sebagainnya. (Anonim, 2011).
3. Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima)
A.
Morfologi
Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang mempunyai daun
majemuk menyirip ganda dua sempurna karena pertulangan daunnya menyirip dan
mempunyai anak daun yang berpasang-pasangan di kanan dan kiri ibu tulang daun,
serta anak daunnya duduk pada ibu tangkai daun. Bentuk bangun daun (circumscriptio) yaitu jorong
(ovalis), dengan ujung
daunnya (apex folii) membulat (rotundatus). Margo folii rata (integer) karena
pada tepi daunnya, tidak terdapat torehan atau lekukan. Pertulangan daun
(nervatio) pada tumbuhan ini, adalah menyirip (penninervis) dengan daging daun
(intervenium) membranaceus. (Gombang, 2011).
B.
Klasifikasi
Kembang
merak (Caesalpinia pulcherrima)
mempunyai tingkat klasifikasi sebagai berikut:
Ø Kindom : Plantae
Ø Devisio : Spermatophyta
Ø
Kelas
: Dicotyledoneae
Ø
Ordo
: Fabales
Ø
Fami
: Fabaceae
Ø
Genus
: Caesalpinia
Ø
Spesies
: Caesalpinia pulcherima
(Plantamor,
2011).
C. Ekologi
Kembang merak biasanya tumbuh didaerah yang berbukit
dengan ketinggian mencapai 1700 m diatas permukaan laut. Tanaman ini
membutuhkan curah hujan sekitar 700 sampai 4300 mm3 /tahun untuk pertumbuhannya, serta kelembapan udara antara
50–76%. Agar pertumbuhan baik, tanaman ini membutuhkan pH sekitar 5–7,5 dan suhu
sekitar 24 0C
– 28 0C. (Anonim, 2011).
D.
Nilai medis
Caesalpina
pulcherrima mengandung
zat-zat kimia yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya polifenol dan flanoida
yang terdapat pada akar sehingga pada bagian ini dapat digunakan sebagai obat
diare, demam dan kejang otot. Serutan kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai
minuman untuk menguatkan lambung. Bunganya juga dapat dijadikan obat untuk
melancarkan haid (Anonim, 2011).
E. Nilai komersial
Caesalpinia pulcherrima memiliki nilai komersial yang tinggi, karena dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan juga sebagai pagar, namun belum banyak
diperjual belikan. Tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pematangan
buah papaya dan mangga, juga dapat dimanfaatkan sebagai warna merah minuman,
selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh. (Anonim, 2011).
4.
Kacang
Panjang (Vigna sinensis)
A. Morfologi
Tanaman kacang panjang merupakan
tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang
tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin.
Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata,
pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang
kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak
daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau
keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang
sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning,
putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna
ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm.
Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat
muda (Hutapea et al., 1994).
B. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo :
Rosales
Familia : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis
(Plantamor, 2011)
C. Ekologi
Sumber
genetik (plasma nutfah) tanaman kacang panjang diduga berasal dari India atau
Cina. Namun beberapa literatur menduga bahwa asal- usul tanaman ini berasal
dari kawasan benua Afrika. Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung
berpasir, subur, gembur. Banyak mengandung bahan organik, dan drainasenya baik,
pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah
hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m diatas
permukaan laut (Rukmana, 1998).
D. Nilai medis
Kacang
panjang mengandung enam antosianin (sianidin 3-O-galaktosida, sianidin
3-O-glukosida, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin 3-O-glukosida,
peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol atau glikosida
flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida,
kuersetin 3-O-6′-asetilglukosida), aglikon flavonoid. Daun dan akarnya mengandung saponin dan
polifenol. Selain itu juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat,
kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan
niasin. Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam
proses proliferasi, diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang
berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang panjang dimanfaatkan untuk merawat
dan memperbesar payudara. (Aryati, 2001).
E. Nilai komersial
Sebagai salah satu jenis sayuran, kacang panjang
diperdagangkan dalam jumlah besar. Kacang panjang sangat mudah ditemukan hampir
di semua pasar – pasar tradisional di Indonesia. Bahkan kacang panjang dapat
pula ditemukan di mall dan super market. Harga kacang panjang pun relatif murah,
biasanya dijual Rp 1000/ikat dan dapat dijangkau oleh semua kalangan ekonomi
(Anonim, 2011).
5. Kelor (Moringa
oleifera)
A. Morfologi
Tanaman kelor merupakan daun majemuk
menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, duduk daun tersebar atau di sebut
folio sparsa. Pohon kelor bengkok, tinggi 3-10 m, dengan tajuk yang tidak
rapat; poros daun beruas, dengan kelenjar yang berbentuk garis lurus; sirip
dari orde pertama 8-10 pasang. Anak daun bertangkai, sisi bawah hijau pucat, biji berbentuk bola, Daun bersirip tak
sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun
berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur
terbalik, panjang 1 cm sampai 3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun (apex)
tumpul (obtusus), pangkal daun membulat, tepi daun rata. Tangkai daun 1 mm
sampai 3 mm. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna
kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk
tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak
berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian
besar terpisah. (Rukmana, 1998).
B.
Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tanaman Moringa oleifera yaitu:
Kingdom :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Capparales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oleifera
(Plantamor, 2011)
C. Ekologi
Moringa
oleifera (kelor) berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan
india, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke benua Afrika dan
Asia barat. Kelor dapat tumbuh di daratan rendah maupun tinggi sampai di
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Dengan curah hujan 1500 – 2000 mm3
per tahun, suhu rata-rata 22 - 25°C. tingkat
kelembaban 60 – 80 % dan pH 5 – 8,7, (Gembong 1958).
D. Nilai medis
Sebagai tanaman berkhasiat obat,
tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak
lama di lingkungan pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar
pepaya kemudian digiling-dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur)
penyakit beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan
cara digosokkan. Sedangkan sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk
obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea. Kelor mengandung
protein sekitar 27 persen dan kaya akan
Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Vitamin C, Calcium,
Chromium, Copper, Iron, Magnesium, Manganese, Potassium, Protein, Zinc,
Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalaine, Threonine, Tryptophan,
Valine, Alanine, Arginine, Aspartic Acid, Cystine, Glutamic Acid, Glycine,
Histidine, Serine, Proline, Tryrosine. (Budi sutomo,2008).
E. Nilai komersial
Di pasar lokal, komoditas kelor
dijual dalam bentuk buah polong segar. Polong biji yang masih hijau dapat
dipotong-potong menjadi bagian yang lebih pendek dan dapat dikalengkan atau
dibotolkan dalam medium larutan garam dan menjadi komoditas ekspor khususnya ke
Eropa dan Amerika Serikat. (Budi sutomo,2008).
BAB
III
METODOLOGI
A.
Waktu dan tempat
Hari
/ tanggal : Sabtu, 02 April 2011
Pukul : 13.00 – 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biodiversity FMIPA UNTAD
B.
Alat
dan bahan
Adapun alat dan bahannya adalah
sabagai berikut:
1. Buku
gambar
2. Alat
tulis menulis
3.
Daun Rosa
sinensis
4.
Daun Mangifera
indica
5. Daun
Caesalpinia pulcherrima
6.
Daun Vigna
sinensis
7. Daun
Moringa oleifera
C.
Prosedur
kerja
1.
Menuliskan nama
spesies dan family tumbuhan.
2.
Menggambar dan
memberi keterangan bagian-bagiannya
§ Helaian
daun (lamina)
§ Tangkai
daun (petiolus)
§ Ibu tangkai
(petiolus communis)
§ Anak daun (foliolum)
§ Circumscriptio
§ Intervenium
§ Margo
§ Apex
§ Basis
§ Permukaan
daun
§ Nervatio
§ Dudukan daun
§ Tersebar (folio
sparsa)
§ Berkarang (folio
ferticilata)
§ Berhadap-hadapan
(folio decurata)
§ Berseling (folio
disticha)
3. menentukan susunan daun majemuk
§ Menyirip ganjil
(imparipinnatus)
§ Menyirip genap
(abrupte pinnatus)
§ Menyirip
berseling
§ Menyirip berdaun
ganda, dua, tiga, dst
§ Menyirip berdaun
satu (unifoliolatus)
§ Menjari berdaun
satu, dua, tiga dst
§ Menjari ganda
dua (bibifoliolatus)
§ Majemuk menyirip
ganjil rangkap tiga
§ Majemuk campuran
(digitato pinnatus)
B. Pembahasan
1.
Kacang
Panjang (Vigna sinensis)
Kacang Panjang (Vigna sinensis) tergolong tumbuhan berdaun majemuk, karena memiliki helaian daun (lamina),
tangkai daun (petiolus), anak daun (foliolum), dan ibu tangakai daun (petiolus
communis). Kacang panjang merupakan tumbuhan dari famili Fabaceae yang memiliki
bangun daun (circumcriptio) ovatus atau umum disebut dengan bangun bulat telur.
Selain itu, kacang panjang juga memiliki intervenium atau daging daun membranaceus
yang tipis seperti selaput. Bagian margo
folii atau tepi daun dari kacang panjang berbentuk integer dan basis folii atau
pangkal daun berbentuk obtusus atau berbentuk tumpul. Pada bagian apex folii
atau ujung daunnya berbentuk acutus atau runcing. Permukaan daun dari kacang
panjang berbentuk scaber atau kasap sedangkan
bentuk nervatio atau susunan tulang-tulang daun berbentuk palminervis
atau menjari. Sedangkan duduk daun dari kacang panjang yaitu berseling (folio
desticha). Kacang panjang memiliki susunan daun majemuk menjari beranak daun
tiga (trifoliolatus), dikatakan demikian karena semua anak daunnya berkumpul di
ujung ibu tangkai daun dengan bentuk menjari dan jumlah anak daunnya 3 helai
(trifoliolatus).
2.
Mawar
(Rosa sinensis)
Mawar
(Rosa sinensis) merupakan salah satu
spesies tumbuhan dari famili Rosaceae. Mawar termasuk dalam tumbuhan yang
memiliki susunan daun majemuk menyirip ganjil (imparipinatus). Dikatakan
demikian karena mawar memiliki jumlah anak daun (foliolum) yang ganjil (5
helai) yang melekat pada ibu tangkai daun, salah satunya di ujung ibu tangkai
sedangkan yang lainnya berpasangan. Selain itu, mawar memiliki circumcriptio
atau bangun daun ovalis yaitu berbentuk jorong, intervenium atau daging daun
papyraceus yang berbentuk tipis tetapi cukup tegar seperti kertas, margo folii
yang berbentuk divisus atau lazim dikenal bertoreh dengan bentuk toreh serratus
(bergerigi), apex folii dan basis folii yang runcing (acutus), permukaan daun
yang berkerut atau rugosus, susunan tulang- tulang daun yang menyirip
(penninervis), serta duduk daun yang saling berhadap- hadapan (folio oppsita).
3.
Kelor
(Moringa oleifera)
Moringa oleifera
atau yang biasa dikenal dengan kelor ini
merupakan daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna karena
masih ada anak daun yang duduk pada ibu tangkai. Tumbuhan ini dikatakan majemuk
karena terdapat beberapa tangkai cabang dan tiap cabangnya terdiri satu atau
lebih helaian daun. Dikatakan
menyirip karena anak daunnya berada di sebelah kanan dan kiri ibu tangkai daun
sehingga tersusun seperti sirip ikan. Dikatakan gasal karena terdapat anak daun
yang menutupi ujung ibu tangkainya, dan dikatakan rangkap tiga tidak sempurna
karena anak daunnya duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai dan masih
ada anak daun lagi yang duduk langsung pada ibu tangkainya. Kelor memiliki
deskripsi circumscriptio atau bangun daun berbentuk ovatus dikatakan begitu karena bentuk daunnya
seperti bulat telur, pada nervatio
(pertulangan daun) penninervis (menyirip), intervenium (daging daun) membranaceus
(seperti selaput), apex folii (ujung daun) acutus (runcing), basis folii
(pagkal daun) obtusus (tumpul), margo folii (tepi daun) integer (rata), dan
permukaan daun scaber (kasap).
4.
Mangga (Mangifera indica)
Mangga (Mangifera indica) merupakan tumbuhan yang memiliki daun tunggal karena
pada satu daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja (folim simplex). Selain itu daun mangga
memiliki bentuk pertulangan daun (nervatio) yaitu menyirip (penninervis),
memiliki bentuk daun (circumscriptio) memanjang (oblongus), karena perbandingan
panjang dan lebar daunnya adalah 2 1/2
- 3 : 1, bentuk ujung daunnya (apex folii)
acutus (runcing), pangkal daunnya (basis folii) pada tumbuhan ini yaitu acutus
(runcing), memiliki permukaan daun scaber (kasap), bentuk tepi daunnya (margo folii) tidak bertoreh
atau rata (integer), memiliki daging daun
(intervenium) seperti perkamen (perkamenteus) karena daunnya tipis
tetapi cukup kaku, serta memiliki duduk daun tersebar karena pada tiap-tiap
buku daunnya terdapat satu daun.
5. Kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima)
Kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima)
merupakan
tanaman yang mempunyai daun majemuk menyirip genap ganda dua sempurna. Dikatakan
majemuk karena terdapat ibu tangkai dan cabang tangkai dan tiap cabangnya
terdiri satu atau lebih helaian daun, dikatakan menyirip genap karena anak
daunnya berpasang-pasangan di sebelah kanan dan kiri cabang tangkai daun
sehingga tersusun seperti sirip ikan. Dikatakan ganda dua karena anak daunnya
duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai, dan dikatakan sempurna karena
tidak ada satu anak daun pun yang duduk pada ibu tangkai. Duduk daun tanaman ini adalah berhadap-hadapan (folio
oppsita). Bentuk bangun daun (circumscriptio) yaitu jorong
(ovalis), dengan ujung
daunnya (apex folii) membulat (rotundatus). Margo folii rata (integer) karena
pada tepi daunnya, tidak terdapat torehan atau lekukan. Pertulangan daun
(nervatio) pada tumbuhan ini, adalah menyirip (penninervis) dengan daging daun
(intervenium) membranaceus (tipis
seperti selaput).
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka
kami berkesimpulan bahwa suatu tumbuhan dapat dikatakan sebagai tumbuhan
berdaun majemuk yaitu dimana helaiannya (lamina) tersusun oleh sejumlah bagian
– bagian terpisah yang berbentuk daun dan disebut anak daun (foliolum). Daun
majemuk dapat dibedakan dalam 4 (empat) golongan antara lain : daun majemuk
menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki
(pedatus), dan daun majemuk campuran (digitato piñatas). Sedangkan daun tunggal
yaitu daun yang pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja.
B.
Saran
Saya
selaku praktikan berharap kepada asisten agar dapat membantu praktikannya dalam
kegiatan praktikum sehingga dapat menghindari kesalahan dalam kegiatan
praktikum. Selain itu, saya berharap agar kegiatan praktikum dapat dilaksanakan
tepat pada waktu yang telah ditentukan agar praktikan dapat menyelesaikan
segala tugas yang diberikan didalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Albert
john, 1897, (Rosa sinensis)
(online) http://www.wetlands.or.id/mangrove_species.php?id=50, Diakses pada
Tanggal 4 April 2011.
Plantamor,
2011, (Mangifera indica) (online) http://www.Plantamor.com/index.php?plant=225, Diakses pada
tanggal 4 April 2011.
Plantamor,
2011, (Caesalpinia pulcherima) (online) http://www.Plantamor.com/index.php?plant=225, Diakses pada
tanggal 4 April 2011.
Plantamor,
2011, (Moringa oleifera) (online) http://www.Plantamor.com/index.php?plant=235, Diakses pada
tanggal 4 April 2011.
Plantamor,
2011, (Vigna sinensis) (online) http://www.Plantamor.com/index.php?plant=225, Diakses pada
tanggal 4 April 2011.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi
Tumbuhan. Cetakan ketiga belas. Yogyakarta:
Gadjah Mada University PRESS
Yudianto,
Suroso Adi. 1992. Mengerti
Morfologi Tumbuhan. Edisi pertama. Bandung: PT Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar